Kamis, 01 Desember 2011

MERANCANG PROFESI SELANJUTNYA

Semestinya mulai dari sekarang aku sudah mulai memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah aku tidak lagi bermain bulutangkis. Tetapi yang sekarang ingin ku lakukan hanya membahagiakan orang tuaku terlebih dahulu. Puji Tuhan, dengan hadiah yang aku terima dari berbagai kejuaraan dan juga bonus waktu aku mendapat medali perunggu Olimpiade aku mulai bisa membahagiakan mereka. Meski hanya sebuah rumah, tapi aku bahagia bisa membantu mereka. Sisa hadiah sampai saat ini masih aku tabung untuk masa depanku.

Sekiranya nanti aku benar-benar berhenti dari bulutangkis, aku masih menimbang apa yang akan kulakukan. Sempat terlintas pikiranku untuk menjadi pelatih. Menurutku, seorang pelatih harus cakap dalam membimbing dan mengarahkan anak didiknya. Pelatih harus bisa menganalisa permainan dan membuat program latiihan. Dan aku masih harus belajar banyak, jika itu ternyata menjadi pilihanku. Yang jelas sebagai seorang wanita, aku ingin menjadi seorang ibu bagi anak-anakku kelak.  

Mungkin butuh waktu yang panjang buatku untuk berpikir kesana. Butuh pikiran jernih agar aku mantap menentukan arah dan tujuanku. Dan juga butuh masukan dari orang-orang yang dekat denganku untuk memilih arah langkahku. Semoga aku mendapat pilihan yang tepat untuk masa depanku. Ada masukan dari teman-teman?

"MALAYSIA" NEGERI LAIN YANG PERTAMA KU KUNJUNGI

Malaysia menjadi negara pertama yang aku kunjungi. Sebelumnya tidak kebayang juga aku bisa berangkat ke sana. Aku berangkat bersama dengan teman-teman satu klubku dari PB Djarum. Di Malaysia aku bersama teman-teman melakukan latih tanding atau pertandingan persahabatan dengan salah satu klub disana.

Perjalanan dari bandara Soekarno-Hatta ke Kuala Lumpur tidak terlalu lama. Kurang lebih sekitar dua jam. Tidak terlalu membosankan juga sih, karena tidak terlalu lama dalam pesawat. Di dalam pesawat aku menghabiskan waktu mendengarkan musik, ngobrol dengan teman-teman. Tapi.. Sesekali aku tertidur juga sih hehehe.

Sesampainya di Kuala Lumpur, kita semua harus mengikuti pemeriksaan standar. Aku dan teman-teman di minta menunjukkan passport yang aku sudah bawa sejak dari Indonesia. Oleh petugas imigrasi aku sempat ditanya tujuan selama aku berada di Malaysia. Karena bahasa mereka kurang lebih sama dengan bahasa kita, aku tidak terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan dan bercakap-cakap dengan petugas imigrasi. Mereka semua ramah-ramah seperti orang-orang Indonesia. O iya.. Di dalam pesawat, kita semua juga harus mengisi daftar pertanyaan yang di berikan oleh petugas pramugari. Di dalam daftar pertanyaan juga menanyakan tujuan serta dimana aku akan menginap. Pertanyaan yang sama seperti yang di tanyakan oleh petugas imigrasi.

Akhirnya.. aku bisa pergi ke luar negeri juga hahahahaha..

PERSIAPAN PERTAMA KALI KE LUAR NEGERI

Seingatku, pertama kali aku pergi ke luar negeri itu, waktu aku di ikut sertakan pada pertandingan persahabatan antara klub PB Djarum dengan klub dari Malaysia. Tapi aku lupa nama klubnya apa. Maaf ya teman-teman.. aku lupa, soalnya udah lama banget hehehe.. Yang aku cuma ingat aku berangkat ke Malaysia.







Seingatku sih persiapanku untuk keberangkatanku ke luar negeri yang pertama kali tidak terlalu beda dengan persiapan kalo aku berangkat bertanding di dalam negeri. Aku bawa baju secukupnya saja, karena seingatku pertandingannya juga tidak terlalu lama. Juga aku tidak membawa makanan apapun, karena seperti yang teman-teman juga tahu bahwa menu makanan Malaysia tidak terlalu beda dengan makanan Indonesia. Di sana makanan yang mereka makan sama dengan kita. Mereka makan nasi sebagai makanan utama dan juga masakan Malaysia tidak jauh beda cita rasanya dengan Indonesia. Jadi kalau aku lapar, aku bisa membeli makanan yang ada di Malaysia.   

Selasa, 18 Oktober 2011

PENGALAMANKU BERGABUNG DI PB DJARUM

Maria Kristin
Aku bergabung dengan PB Djarum pada tahun 1998. Saat aku masih berumur 13 tahun dan telah berada di kelas 2 SMP. Bapakku yang mengarahkan dan mendaftarkanku supaya aku bisa masuk ke PB Djarum. Bapak juga yang mengurus semuanya dari pemberangkataku ke PB Djarum sampai penginapan selama aku mengikuti audisi. Sebenarnya aku sudah tahu mengenai PB Djarum pada tahun 1994. Waktu itu aku pernah ikut pada saat pembinaan di PB Djarum.

Seperti halnya dengan atlet yang lain, akupun harus melalui audisi yang di selenggarakan oleh PB Djarum. Aku datang ke Kudus, mendaftarkan diri dan ikut dalam proses audisi, termasuk juga pada saat aku harus bertanding dengan sesama peserta audisi lainnya.
Aku sempat gak yakin dengan kemampuanku pada saat audisi. Karena semua peserta yang ikut audisi semuanya bagus. Proses penerimaanku dari Djarum pun aku tidak tahu persis. Seingatku, ada sepucuk surat datang dari PB Djarum yang di terima oleh bapakku. Mungkin kira-kira isinya aku lolos audisi kali ya. Karena seterusnya bapakku kembali sibuk untuk mengurus segala keperluanku untuk berangkat ke Kudus, kota tempat aku barlatih. Bapak memang sangat perhatian denganku, karena memang ini menjadi salah satu impian bapakku supaya aku bisa masuk klub PB Djarum.



sumber:

http://pbdjarum.org/blogminton/detil/42/pengalamanku-bergabung-dengan-pb-djarum

Selasa, 11 Oktober 2011

LATIHAN SORE DAN MAKAN MALAM

Jadwal latihan jam 3.00 sore memaksaku harus bangun sebelumnya... huufff.. padahal rasanya aku baru saja memejamkan mata, tau-tau udah sore. Sama halnya dengan sesi latihan pagi hari, di sesi sore pun di bedakan menjadi latihan teknik atau fisik.

Rabu dan sabtu sore biasanya pelatih menjadwalkan kami untuk latihan fisik sementara di hari lainnya jadwalku dan teman-teman latihan teknik. Tetapi latihan sore hari ada sesi tambahan. Seminggu dua kali biasanya ada latihan yang dimulai pada pukul 18.00 dan berakhir pada pukul 21.00. Selesai latihan biasanya jadwal selanjutnya adalah makan malam.
Aku lebih sering makan malam di luar asrama ketimbang di dalam asrama. Aku bersama teman-teman asramaku biasanya secara bersama-sama memilih makan di luar asrama. Ga tentu juga sih menu yang akan kita makan. Tergantung selera dan keputusan bersama aja. Selesai makan malam aku langsung balik ke asrama. Rasanya jarang aku keluyuran setelah makan malam.
Di asrama aku lebih sering manghabiskan waktuku dengan menonton acara televisi atau membaca novel sebelum tidur. Aku bukan tipe pemilih dalam hal membaca novel, yang penting ceritanya bagus, biasanya aku akan baca. Lama kelamaan biasanya rasa kantukku akan datang. Kalo mataku sudah 5 watt seperti ini, maka aku akan langsung menuju kamar dan memejamkan mata.....Selamat malam semuanya, selamat beristirahat.

Minggu, 09 Oktober 2011

MENGANTAR ANAK DEMI BEASISWA BULUTANGKIS (Cerita Ayah Maria Kristin)


Yuli Poernomo  (48) setiap tahun datang ke Audisi PB Djarum. “ Saya tak pernah bosan datang ke acara ini,” kata Yuli, pelatih di PB Kumala, Tuban. Di tahun ini bapak dari 3 anak itu membawa 5 anak didiknya. Namun, baru satu anak didiknya yang berhasil meraih beasiswa PB Djarum, yakni Maria Kristin (peraih medali perunggu Olimpiade), yang tak lain adalah anak sulung Yuli sendiri.
   “Keberhasilan Maria lah yang mendorong pebulutangkis muda di PB Kumala selalu mengikuti audisi ini. Minimal agar tambah mental, pesan Maria,” sebut Yuli. “PB k:mi latihan di gudang KUD, 60 km dari kota Tuban dan dipinggir hutan, tapi k:mi anak-anak petani punya modal nekat,” lanjutnya sambil tertawa. Selain telah menghasilkan Maria, anak ke-2 Yuli, Nathan Yulianto, berhasil masuk PB Suryanaga (Surabaya) dan kini tinggal di Singapura untuk melatih. Si bungsu , Mahda (7), juga sudah punya prestasi di tingkat Tuban.
Kembali ke masa lalu saat Maria berhasil merbut beasiswa PB Djarum, Yuli mengaku tidak menyangka. “Saat itu k:mi enggak sempat pulang dan minim persiapan. Ketika Maria dinyatakan lulus, k:mi langsung ke pasar untuk beli baju-baju. Maria pun dikarantina,” masih cerita Yuli.
Yang membuat Yuli tercengang, Maria yang dahulunya kecil dan kurus, setelah tinggal di PB Djarum tumbuh menjadi gadis yang atletis dan tinggi besar. “Di sini makanan dan gizinya terjamin. Siapa yang enggak betah tinggal di mess PB Djarum,” cetus Yuli.
Setiap tahun PB Djarum tak menentukan jumlah kuota bagi penerima beasiswa bulutangkis (usia 15 tahun ke bawah), asal berkualitas. Penerima beassiswa PB Djarum dijamin segala kebutuhannya. Begitu juga akan dibiayai, ketika mengikuti pertandingan di dalam dan luar negeri.

Kompleks GOR Djarum Jati Kudus memiliki luas 4 hektar. Diantaranya berfasilitas asrama modern dengan hall latihan eksklusif (16 lapangan dan 1 lapangan pasir). Pelatih dari Cina dan mantan pebulutangkis nasional, serta dokter fisioterapi dari Jepang. Merupakan salah satu tempat pemusatan latihan bulutangkis terbaik di Asia. Tempat ini bak kawah candradimuka bagi pebultangkis remaja. Di PB Djarumlah lah sejumlah legenda pebultangkis seperti Liem Swie King, Christian Hadinata, Ivana Lie, Alan Budi Kusuma, Haryanto Arbi, dan Ardy BW pernah digembleng.


 Sumber:
 http://m.tabloidnova.com/Nova/News/Varia-Warta/Mengantar-Anak-Demi-Beasiswa-Bulatangkis

Selasa, 04 Oktober 2011

ISTIRAHAT SIANG

Biasanya jadwal istirahat latihan pada jam 12.00. Aku selalu memanfaatkan benar waktu istirahatku. Selain main dengan teman asrama, makan siang menjadi jadwal pertama pada waktu istirahat. Sistem makan di asrama mirip dengan pesta resepsi atau di Indonesia lazim di sebut dengan prasmanan. Jadi setiap atlet bebas mengambil makanan sesukanya, termasuk juga aku. Aku paling suka menu hari Jumat. Di hari ini, biasanya menunya berasal dari luar asrama alias menu restoran. Menunya pun bervariasi. Terkadang ada Soto Kudus, Opor ayam, Nasi Gandul dan masih banyak variasi menu lainnya. 





Aku makan siang dengan teman-teman lain. Aku juga sering makan diluar asrama dengan teman-teman jika sedang bosan dengan menu makan siang asrama. Lepas makan siang, biar badan segar, aku terbiasa membersihkan badan terlebih dahulu. Setelah itu aku langsung masuk kamar dan tidur. Persiapan untuk latihan sore hari nanti. Aku tidur dulu kawan.......Daaaaagggggggggggg.........

Rabu, 28 September 2011

AKU DI PAGI HARI

Maria KristinPB Djarum menyediakan asrama khusus untuk pebulutangkis tunggal di Kudus. Karena aku bermain tunggal maka aku pun tinggal di sana. Kebetulan aku satu kamar dengan pebulutangkis PB Djarum lainnya yakni Rosaria Yusfin Pungkasari. Untuk urusan bangun pagi, aku yang biasanya selalu bangun terlebih dahulu. Tetapi jadwal bangun pagiku tergantung juga dengan jadwal latihan. Hm... biasanya sih aku bangun pagi antara pukul 06.00 – 06.30. Setelah bangun aku langsung mandi lo, bukan langsung sarapan pagi. Mirip lagu anak-anak deh. Bangun tidur ku terus mandi, Tidak lupa menggosok gigi hahaha... begitu lah aku. Pokoknya harus mandi sebelum sarapan pagi.

Setelah aku datang ke ruangan makan, biasanya pengurus asrama sudah menyediakan berbagai macam sarapan. Untuk sarapan aku tidak terlalu memilih jenis makanan. Biasanya tergantung seleraku. Kalau aku lagi ingin nasi, aku akan makan nasi. Kalau lagi mood makan roti, aku pilih roti atau kalau ada kue yang kelihatannya enak, aku akan menyantapnya. Dan santap pagikupun aku tutup dengan beberapa gelas air.

Maria Kristin YuliantiSelesai makan, aku bergegas bersiap-siap untuk memulai latihanku. Sepatu yang sudah siap di kamar segera aku pakai dan akupun langsung menuju lapangan bersama peralatan tempurku untuk menjalankan latihan seperti biasanya.


Jadwal latihanku tidak selalu sama untuk setiap harinya. Jika latihan fisik maka latihan akan di mulai pada pukul 07.00. Tetapi jika jadwal latihan teknik maka akan di mulai pada pukul 08.00. Lama latihanpun tidak sama pada setiap sesinya. Latihan fisik memerlukan waktu selama 2 jam sementara latihan teknik akan memakan waktu selama 3 jam. Aku latihan dulu ya kawan.







Sumber:
http://pbdjarum.org/blogminton/detil/30/aku-di-pagi-hari

Selasa, 06 September 2011

NOSTALGIA OLIMPIADE BEIJING 2008

Aku berangkat menuju olimpiade tanpa ada target apapun. Aku cukup tahu diri dengan keberadaanku yang masih di rundung cedera. Tetapi entahlah, ada keajaiban yang membuatku bisa bangkit dari semuanya.

Aku merasakan kebangkitanku dimulai pada kejuaraan Djarum Indonesia Open Super Series 2008.Sebenarnya begitu aku melihat undian, aku merasa drawing tidak mengunguntungkan buatku. Aku di keroyok pemain China. Aku sendiri tidak menyangka bisa masuk final. Padahal di babak perempat final aku nyaris kalah saat bertemu Zhou Mi. Melawan Zhou Mi aku merasa lututku terasa sakit. Sakitnya terus menjalar ke pinggang, malah sempat aku rasakan sesak nafas

Tetapi akhirnya aku bisa menang. Sebenarnya aku juga bingung, aku merenung dalam hati. “Kok, aku bisa menang ya,” pikirku. Setelah itu aku langsung merelaksasi tubuhku dengan pijatan mang Ace, tukang pijat Pelatnas, agar rasa nyeri di kaki dan pinggang berkurang. Aku berhasil menembus babak semifinal Djarum Indonesia Open Super Series dan bertemu dengan Zhang Ning dari China. Waktu itu aku tidak memikirkan menang atau kalah. Satu tekad yang aku pegang waktu melawan Zhang Ning adalah aku harus berani capek, kemanapun bola datang aku harus mengejarnya. Akhirnya aku bisa mengalahkan ratu bulutangkis China tersebut, meski aku hampir selalu kalah dalam perolehan angka. Senang sekali rasanya. Di final, lagi-lagi aku harus menghadapi pemain China. Kali ini aku bertemu dengan Zhu Lin. Sayang, aku kalah di final dengan rubber game.

Setelah itu aku merasa performaku menanjak. Sedikit demi sedikit, poin untuk bisa bermain di Olimpik terus bertambah. Dan akhirnya poinku cukup untuk bisa bermain di Olimpiade Beijing 2008. Aku berangkat bersama-sama dengan teman yang lain ke Olimpik. Cuma sayang, aku harus bermain sendiri di tunggal putri. Aku mengawali pertandingan di Olimpiade juga dengan kurang meyakinkan. Di babak pertama aku nyaris kalah, waktu melawan Julianne Schenk. Aku menang di game pertama dengan 21-18. Tetapi aku kalah di game kedua dengan 16-21. Di game ketiga aku nyaris kalah, tetapi akhirnya aku bisa menang dengan 22-20.

Di babak kedua, aku bertemu dengan lawan yang jauh lebih ringan. Yoana Martinez dari Spanyol aku kalahkan dengan dua game 21-8, 21-14. Nah, di babak ketiga aku bertemu lawan berat lagi. Aku bertemu dengan Tine Baun yang waktu itu masih menggunakan nama Tine Rasmussen. Aku juga hampir kalah. Cuma beruntung di dua game terakhir aku bisa menang. Aku menang rubber game lagi. Angkanya sangat dekat 18-21, 21-19, 21-14.

Di babak delapan besar lagi-lagi aku harus bermain rubber game. Aku dipaksa bekerja keras oleh Saina Nehwal. Waktu itu aku kalah di game pertama dengan 26-28. Tetapi aku langsung balas di game kedua dengan 21-14 dan game ketiga dengan 21-15. Aku senang sekali. Aku bisa masuk ke babak semifinal. Aku menjadi satu-satunya pemain di luar China yang bisa menembus babak semifinal.

Di babak semifinal aku bertemu kembali dengan Zhang Ning. Rupanya kali ini ia lebih siap, aku kalah di babak semifinal. Tapi aku masih punya kesempatan untuk bisa meraih medali meski itu cuma medali perunggu. Aku bertemu dengan Lu Lan. Ia salah satu musuh bebuyutanku. Sebelum Olimpiade, aku pernah bertemu sekali dengannya. Di tahun 2007, waktu Djarum Indonesia Open Super Series, aku bisa mengalahkannya. Ini modal yang akan aku gunakan untuk menghadapinya. Ternyata tak mudah bagiku untuk mengalahkannya. Aku kalah jauh di game pertama dengan 11-21. Tetapi rupanya ia demam panggung. Ia sering mati sendiri. Aku mengambil kesempatan ini. Game kedua bisa aku rebut dengan 21-13. Dan di game penentuan aku bisa rebut dengan 21-15. Akhirnya, medali perunggu buat Indonesia bisa aku persembahkan. Bangga sekali rasanya.

Aku berdiri di podium kehormatan dalam keadaan setengah sadar. Aku bingung. Aku tidak percaya aku bisa meraih medali. Aku melihat sang saka Merah Putih beriringan dengan bendera China berkibar di arena. Mungkin, seandainya aku yang meraih medali emas, aku akan pingsan di podium, hahahahaha. Itu mungkin saja, karena waktu Markis Kido/Hendra Setiawan meraih medali emas, aku sampai meneteskan air mata karena terharu dan bangga.

Sesampainya kembali ke tanah air, aku dan tim bulutangkis disambut dengan acara yang luar biasa. Bersama dengan yang lain kami disambut layaknya pahlawan yang kembali dari medan pertempuran. Berbagai acara kami lalui. Termasuk ketika aku mendapatkan penghargaan dan bonus dari pemerintah dan PB Djarum. Semua hadiah yang aku kumpulkan, sebagian aku sisihkan untuk ditabung. Sebagian lagi aku gunakan untuk membangun rumah orang tuaku. Senang rasanya bisa membahagiakan orang tua dari hasil keringatku sendiri. Tapi rasanya aku layak memberikan ini kepada mereka. Tanpa mereka aku tidak ada apa-apanya.

sumber:  http://pbdjarum.org/blogminton/detil/24/nostalgia-olimpiade-beijing-

Minggu, 04 September 2011

MARIA KRISTIN GANTUNG RAKET

Maria Kristin Yulianti (26) masih berjuang mengatasi cidera dan mengembalikan kebugaran tubuhnya.Sejumlah pertanyaan pun kemudian terlontar. Akankah Maria kembali ke kondisi semula? Akankah Maria bisa mengatasi cideranya secara total? Semua masih kabur. Tapi kemudian kami kembali teringat perbincangan pribadi dengan sang empunya medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Maria di lapangan, berbeda jauh dengan di luar lapangan. Maria lebih ceria, banyak bicara, dan menebar optimis meski secara samar. Waktu itu kondisi lututnya sudah menjadi masala. “Kalau ditekuk sakit. Saat ini terus melakukan terapi,” jelas Maria waktu itu. Tak usah dijelaskan, kondisi Maria setelah itu terus memburuk. Penulis sempat bertemu kembali saat Indonesian Super Series 2010 dan saat itu kondisi Maria belum stabil. Nah, ini mungkin bisa jadi jawaban pertanyaan banyak orang. Sampai kapan Maria akan bermain? Pertanyaan itu sempat lho penulis tanyakan pada gadis manis asal Tuban ini. “Maunya si sampai usia 27, kelar Olimpiade 2012,” jawab Maria. Meski tak menyebut tahun, semua tahu Maria sadar cedera memang menggerogoti tubuhnya. Namun dari jawaban itu penulis lega, semangat Maria masih terpancar di matanya. Ditanya soal kemungkinan beralih menjadi pemain ganda, usai karier tunggalnya, Maria menampik. “Enggak lah rasanya saya enggak cocok main ganda,” katanya terkekeh.

Sebagai pemain senior, Maria juga mengamati pekembangan pemain muda. “Sayangnya yang menonjol belum terlalu banyak,” kata Maria tentang generasi di bawak Aprilia Yuswandari dan Lindaweni. Maria juga berbicara soal kariernya. Banyak yang menduga Maria bakal jadi pemain hebat. “Soalnya dulu saya baru mulai main bulutangkis umur 12 tahun, sebelum bulutangkis kegiatan saya cuma main-mainan anak perempuan layaknya,” kenang Maria. Menginjak masa yunior, Maria juga mengaku tidak menjadi perhatian. “Saya malah enggak pernah ikut Kejuaraan Dunia Yunior,” beritahu Maria. Nama Maria mulai jadi sorotan ketika ia keluar sebagai juara seleksi nasional, memperebutkan dua tempat di nomor tunggal putri untuk Piala Sudirman 2003. Saat itu Maria berlatih dibawah asuhan Ivana Lie. “Saya main bagus, tapi saya juga nyaris di degradasi tahun 2006. Untungnya pelatih banyak memberi dukungan,” ingatnya. Dia menyebut pelatih Hendrawan dan Marleve Mainaky sangat berjasa pada kariernya dan merasa cocok dengan gaya keduanya. Baginya, baik Hendrawan maupun Marleve mampu memberi wejangan dan motivasi pada dirinya selama di Pelatnas. Maria juga sempat mengatakan soal suka dukanya sebagai pemain klub Djarum, yang menurutnya memberi perhatian dan kesejahteraan yang cukup untuk dia dan pemain lainnya. “Kami digaji bulanan. Itu enaknya jadi pemain Djarum,” kata Maria yang tidak mau menyebut lebih jauh tentang jumlah penghasilannya. Di luar rutinitasnya sebagai pemain, Maria mengaku melakukan kegiatan layaknya wanita seusia, jalan bersama teman ke mal, atau memperbanyak waktu untuk istirahat. Melihat dukungan penuh dari Djarum Kudus saat ini, semoga Maria bisa menemukan kembali permainan terbaiknya kembali. Setahun memang bukan waktu yang lama, namun cukup untuk pemain bermental baja seperti Maria Kristin


Sabtu, 03 September 2011

WAKTUNYA MENCICIPI HIDANGAN LEBARAN

  PB. Djarum mempunyai program untuk memvaksin setiap atletnya agar terhindar dari penyakit flu. Sebagai salah satu atlet PB Djarum, aku pun tak bisa menghindarinya. Tapi ini lah salah satu cara agar setiap atlet PB Djarum, termasuk saya selalu sehat. Apalagi sebentar lagi libur lebaran akan tiba. Aku tak mau pada saat pulang kampung nanti, keluargaku tertular flu. Biar aku tidak merayakan lebaran, tapi aku tetap ikut pulang kampung. Dari pada di asrama sendirian, lebih baik aku kumpul bersama dengan keluarga.

Aku berasal dari Tuban, kota yang terletak di perbatasan antara Jawa tengah dan Jawa timur. Saat liburan nanti aku pulang ke Tuban ke rumah orang tuaku. Biasanya ayahku selalu menjemputku pada saat liburan tiba. Ayah menjemputku di Kudus tempat atlet PB Djarum berlatih. Dalam keadaan normal, perjalanan antara Kudus – Tuban memakan waktu kurang lebih 3 jam. Itu belum termasuk kalo macet lho. Rumah orang tuaku yang terletak di pinggir kota membuat waktu perjalanan bertambah lama lagi. Musik menjadi alternatif pilihan menemaniku mengisi kesibukan di perjalanan, atau jika sudah lelah, aku memilih tidur.Meski aku seorang Kristiani, tapi aku selalu melakukan silaturahmi ke saudara-saudaraku yang merayakan lebaran. Di rumah saudaraku, aku tak pernah membuang kesempatan untuk menikmati hidangan yang disediakan. Mulai dari ketupat, opor ayam sampai kue lebaran seperti nastar dan lain-lain. Bisa dibayangkan, kalau saudaraku banyak yang berlebaran, bisa-bisa perutku penuh dengan makanan.Aku dan keluargaku tipikal orang yang senang tinggal di rumah. Jadi sisa waktu lebaran yang ada, biasanya aku habiskan di rumah atau berkumpul bersama keluarga.




 http://www.pbdjarum.org/blogminton/detil/22/waktunya-mencicipi-hidangan-lebaran