Rabu, 28 September 2011

AKU DI PAGI HARI

Maria KristinPB Djarum menyediakan asrama khusus untuk pebulutangkis tunggal di Kudus. Karena aku bermain tunggal maka aku pun tinggal di sana. Kebetulan aku satu kamar dengan pebulutangkis PB Djarum lainnya yakni Rosaria Yusfin Pungkasari. Untuk urusan bangun pagi, aku yang biasanya selalu bangun terlebih dahulu. Tetapi jadwal bangun pagiku tergantung juga dengan jadwal latihan. Hm... biasanya sih aku bangun pagi antara pukul 06.00 – 06.30. Setelah bangun aku langsung mandi lo, bukan langsung sarapan pagi. Mirip lagu anak-anak deh. Bangun tidur ku terus mandi, Tidak lupa menggosok gigi hahaha... begitu lah aku. Pokoknya harus mandi sebelum sarapan pagi.

Setelah aku datang ke ruangan makan, biasanya pengurus asrama sudah menyediakan berbagai macam sarapan. Untuk sarapan aku tidak terlalu memilih jenis makanan. Biasanya tergantung seleraku. Kalau aku lagi ingin nasi, aku akan makan nasi. Kalau lagi mood makan roti, aku pilih roti atau kalau ada kue yang kelihatannya enak, aku akan menyantapnya. Dan santap pagikupun aku tutup dengan beberapa gelas air.

Maria Kristin YuliantiSelesai makan, aku bergegas bersiap-siap untuk memulai latihanku. Sepatu yang sudah siap di kamar segera aku pakai dan akupun langsung menuju lapangan bersama peralatan tempurku untuk menjalankan latihan seperti biasanya.


Jadwal latihanku tidak selalu sama untuk setiap harinya. Jika latihan fisik maka latihan akan di mulai pada pukul 07.00. Tetapi jika jadwal latihan teknik maka akan di mulai pada pukul 08.00. Lama latihanpun tidak sama pada setiap sesinya. Latihan fisik memerlukan waktu selama 2 jam sementara latihan teknik akan memakan waktu selama 3 jam. Aku latihan dulu ya kawan.







Sumber:
http://pbdjarum.org/blogminton/detil/30/aku-di-pagi-hari

Selasa, 06 September 2011

NOSTALGIA OLIMPIADE BEIJING 2008

Aku berangkat menuju olimpiade tanpa ada target apapun. Aku cukup tahu diri dengan keberadaanku yang masih di rundung cedera. Tetapi entahlah, ada keajaiban yang membuatku bisa bangkit dari semuanya.

Aku merasakan kebangkitanku dimulai pada kejuaraan Djarum Indonesia Open Super Series 2008.Sebenarnya begitu aku melihat undian, aku merasa drawing tidak mengunguntungkan buatku. Aku di keroyok pemain China. Aku sendiri tidak menyangka bisa masuk final. Padahal di babak perempat final aku nyaris kalah saat bertemu Zhou Mi. Melawan Zhou Mi aku merasa lututku terasa sakit. Sakitnya terus menjalar ke pinggang, malah sempat aku rasakan sesak nafas

Tetapi akhirnya aku bisa menang. Sebenarnya aku juga bingung, aku merenung dalam hati. “Kok, aku bisa menang ya,” pikirku. Setelah itu aku langsung merelaksasi tubuhku dengan pijatan mang Ace, tukang pijat Pelatnas, agar rasa nyeri di kaki dan pinggang berkurang. Aku berhasil menembus babak semifinal Djarum Indonesia Open Super Series dan bertemu dengan Zhang Ning dari China. Waktu itu aku tidak memikirkan menang atau kalah. Satu tekad yang aku pegang waktu melawan Zhang Ning adalah aku harus berani capek, kemanapun bola datang aku harus mengejarnya. Akhirnya aku bisa mengalahkan ratu bulutangkis China tersebut, meski aku hampir selalu kalah dalam perolehan angka. Senang sekali rasanya. Di final, lagi-lagi aku harus menghadapi pemain China. Kali ini aku bertemu dengan Zhu Lin. Sayang, aku kalah di final dengan rubber game.

Setelah itu aku merasa performaku menanjak. Sedikit demi sedikit, poin untuk bisa bermain di Olimpik terus bertambah. Dan akhirnya poinku cukup untuk bisa bermain di Olimpiade Beijing 2008. Aku berangkat bersama-sama dengan teman yang lain ke Olimpik. Cuma sayang, aku harus bermain sendiri di tunggal putri. Aku mengawali pertandingan di Olimpiade juga dengan kurang meyakinkan. Di babak pertama aku nyaris kalah, waktu melawan Julianne Schenk. Aku menang di game pertama dengan 21-18. Tetapi aku kalah di game kedua dengan 16-21. Di game ketiga aku nyaris kalah, tetapi akhirnya aku bisa menang dengan 22-20.

Di babak kedua, aku bertemu dengan lawan yang jauh lebih ringan. Yoana Martinez dari Spanyol aku kalahkan dengan dua game 21-8, 21-14. Nah, di babak ketiga aku bertemu lawan berat lagi. Aku bertemu dengan Tine Baun yang waktu itu masih menggunakan nama Tine Rasmussen. Aku juga hampir kalah. Cuma beruntung di dua game terakhir aku bisa menang. Aku menang rubber game lagi. Angkanya sangat dekat 18-21, 21-19, 21-14.

Di babak delapan besar lagi-lagi aku harus bermain rubber game. Aku dipaksa bekerja keras oleh Saina Nehwal. Waktu itu aku kalah di game pertama dengan 26-28. Tetapi aku langsung balas di game kedua dengan 21-14 dan game ketiga dengan 21-15. Aku senang sekali. Aku bisa masuk ke babak semifinal. Aku menjadi satu-satunya pemain di luar China yang bisa menembus babak semifinal.

Di babak semifinal aku bertemu kembali dengan Zhang Ning. Rupanya kali ini ia lebih siap, aku kalah di babak semifinal. Tapi aku masih punya kesempatan untuk bisa meraih medali meski itu cuma medali perunggu. Aku bertemu dengan Lu Lan. Ia salah satu musuh bebuyutanku. Sebelum Olimpiade, aku pernah bertemu sekali dengannya. Di tahun 2007, waktu Djarum Indonesia Open Super Series, aku bisa mengalahkannya. Ini modal yang akan aku gunakan untuk menghadapinya. Ternyata tak mudah bagiku untuk mengalahkannya. Aku kalah jauh di game pertama dengan 11-21. Tetapi rupanya ia demam panggung. Ia sering mati sendiri. Aku mengambil kesempatan ini. Game kedua bisa aku rebut dengan 21-13. Dan di game penentuan aku bisa rebut dengan 21-15. Akhirnya, medali perunggu buat Indonesia bisa aku persembahkan. Bangga sekali rasanya.

Aku berdiri di podium kehormatan dalam keadaan setengah sadar. Aku bingung. Aku tidak percaya aku bisa meraih medali. Aku melihat sang saka Merah Putih beriringan dengan bendera China berkibar di arena. Mungkin, seandainya aku yang meraih medali emas, aku akan pingsan di podium, hahahahaha. Itu mungkin saja, karena waktu Markis Kido/Hendra Setiawan meraih medali emas, aku sampai meneteskan air mata karena terharu dan bangga.

Sesampainya kembali ke tanah air, aku dan tim bulutangkis disambut dengan acara yang luar biasa. Bersama dengan yang lain kami disambut layaknya pahlawan yang kembali dari medan pertempuran. Berbagai acara kami lalui. Termasuk ketika aku mendapatkan penghargaan dan bonus dari pemerintah dan PB Djarum. Semua hadiah yang aku kumpulkan, sebagian aku sisihkan untuk ditabung. Sebagian lagi aku gunakan untuk membangun rumah orang tuaku. Senang rasanya bisa membahagiakan orang tua dari hasil keringatku sendiri. Tapi rasanya aku layak memberikan ini kepada mereka. Tanpa mereka aku tidak ada apa-apanya.

sumber:  http://pbdjarum.org/blogminton/detil/24/nostalgia-olimpiade-beijing-

Minggu, 04 September 2011

MARIA KRISTIN GANTUNG RAKET

Maria Kristin Yulianti (26) masih berjuang mengatasi cidera dan mengembalikan kebugaran tubuhnya.Sejumlah pertanyaan pun kemudian terlontar. Akankah Maria kembali ke kondisi semula? Akankah Maria bisa mengatasi cideranya secara total? Semua masih kabur. Tapi kemudian kami kembali teringat perbincangan pribadi dengan sang empunya medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Maria di lapangan, berbeda jauh dengan di luar lapangan. Maria lebih ceria, banyak bicara, dan menebar optimis meski secara samar. Waktu itu kondisi lututnya sudah menjadi masala. “Kalau ditekuk sakit. Saat ini terus melakukan terapi,” jelas Maria waktu itu. Tak usah dijelaskan, kondisi Maria setelah itu terus memburuk. Penulis sempat bertemu kembali saat Indonesian Super Series 2010 dan saat itu kondisi Maria belum stabil. Nah, ini mungkin bisa jadi jawaban pertanyaan banyak orang. Sampai kapan Maria akan bermain? Pertanyaan itu sempat lho penulis tanyakan pada gadis manis asal Tuban ini. “Maunya si sampai usia 27, kelar Olimpiade 2012,” jawab Maria. Meski tak menyebut tahun, semua tahu Maria sadar cedera memang menggerogoti tubuhnya. Namun dari jawaban itu penulis lega, semangat Maria masih terpancar di matanya. Ditanya soal kemungkinan beralih menjadi pemain ganda, usai karier tunggalnya, Maria menampik. “Enggak lah rasanya saya enggak cocok main ganda,” katanya terkekeh.

Sebagai pemain senior, Maria juga mengamati pekembangan pemain muda. “Sayangnya yang menonjol belum terlalu banyak,” kata Maria tentang generasi di bawak Aprilia Yuswandari dan Lindaweni. Maria juga berbicara soal kariernya. Banyak yang menduga Maria bakal jadi pemain hebat. “Soalnya dulu saya baru mulai main bulutangkis umur 12 tahun, sebelum bulutangkis kegiatan saya cuma main-mainan anak perempuan layaknya,” kenang Maria. Menginjak masa yunior, Maria juga mengaku tidak menjadi perhatian. “Saya malah enggak pernah ikut Kejuaraan Dunia Yunior,” beritahu Maria. Nama Maria mulai jadi sorotan ketika ia keluar sebagai juara seleksi nasional, memperebutkan dua tempat di nomor tunggal putri untuk Piala Sudirman 2003. Saat itu Maria berlatih dibawah asuhan Ivana Lie. “Saya main bagus, tapi saya juga nyaris di degradasi tahun 2006. Untungnya pelatih banyak memberi dukungan,” ingatnya. Dia menyebut pelatih Hendrawan dan Marleve Mainaky sangat berjasa pada kariernya dan merasa cocok dengan gaya keduanya. Baginya, baik Hendrawan maupun Marleve mampu memberi wejangan dan motivasi pada dirinya selama di Pelatnas. Maria juga sempat mengatakan soal suka dukanya sebagai pemain klub Djarum, yang menurutnya memberi perhatian dan kesejahteraan yang cukup untuk dia dan pemain lainnya. “Kami digaji bulanan. Itu enaknya jadi pemain Djarum,” kata Maria yang tidak mau menyebut lebih jauh tentang jumlah penghasilannya. Di luar rutinitasnya sebagai pemain, Maria mengaku melakukan kegiatan layaknya wanita seusia, jalan bersama teman ke mal, atau memperbanyak waktu untuk istirahat. Melihat dukungan penuh dari Djarum Kudus saat ini, semoga Maria bisa menemukan kembali permainan terbaiknya kembali. Setahun memang bukan waktu yang lama, namun cukup untuk pemain bermental baja seperti Maria Kristin


Sabtu, 03 September 2011

WAKTUNYA MENCICIPI HIDANGAN LEBARAN

  PB. Djarum mempunyai program untuk memvaksin setiap atletnya agar terhindar dari penyakit flu. Sebagai salah satu atlet PB Djarum, aku pun tak bisa menghindarinya. Tapi ini lah salah satu cara agar setiap atlet PB Djarum, termasuk saya selalu sehat. Apalagi sebentar lagi libur lebaran akan tiba. Aku tak mau pada saat pulang kampung nanti, keluargaku tertular flu. Biar aku tidak merayakan lebaran, tapi aku tetap ikut pulang kampung. Dari pada di asrama sendirian, lebih baik aku kumpul bersama dengan keluarga.

Aku berasal dari Tuban, kota yang terletak di perbatasan antara Jawa tengah dan Jawa timur. Saat liburan nanti aku pulang ke Tuban ke rumah orang tuaku. Biasanya ayahku selalu menjemputku pada saat liburan tiba. Ayah menjemputku di Kudus tempat atlet PB Djarum berlatih. Dalam keadaan normal, perjalanan antara Kudus – Tuban memakan waktu kurang lebih 3 jam. Itu belum termasuk kalo macet lho. Rumah orang tuaku yang terletak di pinggir kota membuat waktu perjalanan bertambah lama lagi. Musik menjadi alternatif pilihan menemaniku mengisi kesibukan di perjalanan, atau jika sudah lelah, aku memilih tidur.Meski aku seorang Kristiani, tapi aku selalu melakukan silaturahmi ke saudara-saudaraku yang merayakan lebaran. Di rumah saudaraku, aku tak pernah membuang kesempatan untuk menikmati hidangan yang disediakan. Mulai dari ketupat, opor ayam sampai kue lebaran seperti nastar dan lain-lain. Bisa dibayangkan, kalau saudaraku banyak yang berlebaran, bisa-bisa perutku penuh dengan makanan.Aku dan keluargaku tipikal orang yang senang tinggal di rumah. Jadi sisa waktu lebaran yang ada, biasanya aku habiskan di rumah atau berkumpul bersama keluarga.




 http://www.pbdjarum.org/blogminton/detil/22/waktunya-mencicipi-hidangan-lebaran