Minggu, 06 Mei 2012

JADWAL PUTARAN FINA THOMAS &UBER CUP 2012


Berikut adalah jadwal lengkap Putaran Final Piala Thomas dan Uber 2012.




20 May 2012 : Grup stage day 1

12.00 WIB


* Court 1 (TV) : Uber Japan VS USA

* Court 2 (TV) : Thomas Korea VS USA
* Court 3 : Uber China VS South Africa
* Court 4 : Thomas Denmark VS South Africa

18.00 WIB


* Court 1 (TV) : Thomas China VS England

* Court 2 (TV) : Uber Korea VS Australia
* Court 3 : Thomas Japan VS New Zealand
* Court 4 : Uber Chinese Taipei VS Nedherlands

21 May 2012 : Grup stage day 2


12.00 WIB


* Court 1 (TV) : Uber Denmark VS USA

* Court 2 (TV) : Thomas Malaysia VS South Africa
* Court 3 : Uber Jerman VS Australia
* Court 4 : Thomas Jerman VS USA

18.00 WIB


* Court 1 (TV) : Thomas Indonesia VS England

* Court 2 (TV) : Uber Indonesia VS South Africa
* Court 3 : Thomas Rusia VS New Zealand
* Court 4 : Uber Thailand VS Nedherlands

22 May 2012 : Grup stage day 3


12.00 WIB


* Court 1 (TV) : Thomas Denmark VS Malaysia

* Court 2 (TV) : Uber Japan VS Denmark
* Court 3 : Thomas Korea VS Jerman
* Court 4 : Uber Korea VS Jerman

18.00 WIB


* Court 1 (TV) : Thomas China VS Indonesia

* Court 2 (TV) : Uber China VS Indonesia
* Court 3 : Thomas Japan VS Rusia
* Court 4 : Uber Chinese Taipei VS Thailand

23 May 2012 : Quarterfinals


24 May 2012 : Uber Cup Semifinals


25 May 2012 : Thomas Cup Semifinals


26 May 2012 : Uber Cup Finals


27 May 2012 : Thomas Cup Finals




Rabu, 02 Mei 2012

SEBUAH PERJUANGAN BESAR (Part 2)


Di televisi Susi menoleh ke Hakim Garis yang detik itu juga membentangkan kedua tangannya. OUT! Susi mengangkat raketnya tinggi-tinggi. Air mata langsung menetes di pipinya. Suara komentator di televise penuh emosi tak terbendung lagi…

“KELUAR! OUT… SAUDARA-SAUDARA! OUT!!! EMAS!!! EMAS!!1 SAUDARA-SAUDARA… SUSI MEREBUT MEDALI EMAS OLIMPIADE BARCELONA 1992! SUSI SUSANTI MEREBUT MEDALI EMAS! MEDALI EMAS PERTAMA UNTUK INDONESIA DI OLIMPIADE… ”
“YEAHHH!!!... YEAH!!!” Papa berteriak kegirangan, bangkit dari duduknya. Suara teriakan keras juga terdengar jelas dari seluruh tetangga. Papa mengeraskan volume televisi.

“Berakhir sudah! Penantian panjang itu… berakhir sudah…”

“HOREEE!!! SUSIII! INDONESIA!!!” Papa berteriak keras mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi.

“IN…DO…NE…SIA…!!!”
“IN…DO…NE…SIA!!!” Gusni dan Mama ikut berteriak. Mama memeluk dan mencium-cium pipi Gisni, meluapkan kegembiraannya. Noda kue tart pindah ke pipi Mama. Di televisi Susi tersenyum lega.

“Penantian panjang itu berakhir sudah… Susi Susanti! Pahlawan Bangsa kelahiran Tasikmalaya 21 tahun yang lalu… pertandingan yang menakjubkan… pertandingan yang akan diingat oleh Bangsa Indonesia selamanya…”

“SUSI YES!!! SUSI… HEBAT!... SUSI… I LOVE YOU SUSI!!!” Papa terus berteriak-teriak kencang. Mama yang melihat kelakuan Papa tersenyum senang. Papa masih jejingkrakan ke sana kemari, mencium Gusni, mencium Mama, mencium Gita yang masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari televisi.

“Yeah! Yeah Yeah! Susi… Susi… Susi…” Gusnii ikut berteriak-teriak meloncat loncat seperti Papa. Tapi…

“Lho? Hahaha… lho? Mama mukanya kenapa?” Tiba-tiba Papa tertawa keeas melihat wajah Mama yang penuh krim kue tart. Mama jug atertawa melihat Papa.

“Lho, muka Papa juga kenapa? … Hahaha…”

Papa dan Mama melihat ke cermin, wajah mereka penuh dengan noda kue tart—pindahan dari pipi Gusni.

“Hahaha… Kak Gita juga ada tuh.” Gusni menunjuk Gita.

Papa dan Mama tertawa. Gita yang masih serius langsung berdiri dan melihat ke cermin. Senyum Gita langsung melebar.

“Huahaha… kayak Gusni semua!” Gusni girang, meloncat-loncat sambil menunjuk wajah Papa, Mama, dan Gita.

“Gara-gara ini nih… si gendut nih…” Papa meraih Gusni dan menggendong ke atas pundaknya. Mama dan Gita tertawa gembira.

“Susi Susanti, sebuah pertandingan emas! Emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. IN…DO…NE…SIA! IN…DO…NE…SIA! Indonesia, walau hanya sebagian kecil yang menonton, nama Indonesia terus terdengar di Barcelona, sungguh membangggakan! Indonesia!”

“IN…DO…NE…SIA…!!! IN…DO…NE…SIA…!!!”

Papa berjoget keliling ruangan sambil menggendong Gusni di pundaknya. Si Gendut Gusni ikut berjoget-joget dan membentangkan tangannya.

“IN…DO…NE…SIA…!!! IN…DO…NE…SIA…!!!”

Mama bergabung dengan pawai kecil itu sambil memegangi pinggang Papa. Gita ikutan juga, memegangi pinggang Mama. Gusni bahagia sekali di atas gendongan Papa, sekilas pandangannya melirik ke televisi, melihat Susi Susanti yang berkalung bendera Merah Putih di pundaknya.

“IN…DO…NE…SIA…!!! IN…DO…NE…SIA…!!!”

Gusni mengedarkan pandangan ke sekitarnya, belum pernah ia merasakan sesuatu yang kuar biasa seperti ini. senyumnya mengembang melihat Susi Susanti di televisi, melihat Papa, Mama, dan Gita tersenyum bahagia. Gusni tersenyum memejamkan matanya, perlahan ia membuka mata dan…

Dalam penglihatannya ruang keluarganya berubah menjadi hamparan padang rumput indah dengan bunga warna-warni merah putih di sekelilingnya. Tidak ada warna lain, hanya merah dan putih. Masih dalam gendongan Papa, Gusni melihat Papa, Mama, dan Gita tersenyum padanya. Di padang rumput luas dan indah itu bunga merah putih setinggi pinggang tumbuh mengelilingi keluarga Gusni, dengan pawai kecilnya mereka menari gembira mengelilingi padang rumput dengan bunga merah putih. Gusni di atas pundak Papa menari sambil memegang dua buah bendera Merah Putih kecil. Iamerasa seperti Susi yang berkalung bendera Merah Putih di lehernya. Papa, Mama, dan Gita tersenyum padanya. Dari atas pundak Papa Gusni memandang padang rumput sekitarnya, ia sangat bahagia. Tapi tiba-tiba…

“Aduuh… aduh, Ma! Urat Papa ketarik! Urat Papa ketarik, Ma! Ambil Gusni, Ma! Cepetan, Ma! Berat, Ma!” Papa berteriak panik.

BRUUK! NGIK!

NGEK!

Terlambat.

Papa terjerembab jatuh di sofa… muka duluan NGEK!. Gusni yang besar menimpa punggungnya. Gusni kaget, padang rumput berubah jadi ruang keluarganya lagi. Mama, Gusni, dan Gita tidak bisa menahan tawa. Papa jatuh dengan wajah mencium sofa. Papa ikut tertawa meski masih memegang pundaknya yang sakit.

Kebahagiaan malam itu menaungi rumah kecil yang hangat malam itu, kebahagiaan yang juga dirasakan seluruh rakyat Indonesia di seluruh pelosok Nusantara.

“Indonesia Raya…
Merdeka… Merdeka…
Tanahku… Negeriku yang kucinta…”

Beberapa saat kemudian ruang keluarga menjadi hening. Hanya lagu Indonesia Raya yang terdengar jelas di televisi. Papa menatap penuh haru, dadanya seakan ingin meledak penuh dengan kebanggaan. Di layar televisi Susi menangis melihat bendera Merah Putih naik perlahan, Indonesia Raya berkumandang mengangkat Sang Saka tinggi di Barcelona. Perlahan Papa menaikkan tangannya dan ikut memberi hormat kepada Sang Saka Merah Putih. Gusni ikutan memberi hormatnya.

Mata Gita yang tajam seakan mengikuti bendera Merah Putih naik perlahan menuju puncak. Susi Susanti berdiri di sana sambil memegang medali emasnya menangis melihat Merah Putih naik menuju tiang tertinggi. Papa dan Mama mengatupkan bibirnya penuh haru dan tersenyum bahagia, Gusni ikut-ikutan terharu dan berkaca-kaca. Senyum Gusni mengembang, untuk pertama kalinya merasakan sesuatu yang ia tidak tahu apa namanya, selain hanya ingin terus tersenyum melihat kebahagiaan di tengah keluarganya. Hatinya berdesir. Suara tepuk tangan riuh mengakhiri perjalanan Merah Putih ke puncak tiang tertinggi. Susi Susanti menangis bahagia. Semuanya bertepuk tangan, suara tepuk tangan pun terdengar dari rumah tetangga. Malam ini malam yang indah untuk seluruh bangsa, sebuah mimpi telah selesai dan menjadi kenyataan.
--end--

(ini hanya sebagian isi novel 2 karya Donny Dirghantoro. novel ini bercerita tentang perjuangan dalam bulutangkis. para pecinta olahraga ini wajib baca. novelnya keren deh.)