Di
televisi Susi menoleh ke Hakim Garis yang detik itu juga membentangkan kedua
tangannya. OUT! Susi mengangkat
raketnya tinggi-tinggi. Air mata langsung menetes di pipinya. Suara komentator
di televise penuh emosi tak terbendung lagi…
“KELUAR! OUT… SAUDARA-SAUDARA!
OUT!!! EMAS!!! EMAS!!1 SAUDARA-SAUDARA… SUSI MEREBUT MEDALI EMAS OLIMPIADE BARCELONA
1992! SUSI SUSANTI MEREBUT MEDALI EMAS! MEDALI EMAS PERTAMA UNTUK INDONESIA DI
OLIMPIADE… ”
“YEAHHH!!!...
YEAH!!!” Papa berteriak kegirangan, bangkit dari duduknya. Suara teriakan keras
juga terdengar jelas dari seluruh tetangga. Papa mengeraskan volume televisi.
“Berakhir sudah! Penantian panjang
itu… berakhir sudah…”
“HOREEE!!!
SUSIII! INDONESIA!!!” Papa berteriak keras mengangkat kedua tangannya
tinggi-tinggi.
“IN…DO…NE…SIA…!!!”
“IN…DO…NE…SIA!!!”
Gusni dan Mama ikut berteriak. Mama memeluk dan mencium-cium pipi Gisni,
meluapkan kegembiraannya. Noda kue tart pindah ke pipi Mama. Di televisi Susi
tersenyum lega.
“Penantian panjang itu berakhir
sudah… Susi Susanti! Pahlawan Bangsa kelahiran Tasikmalaya 21 tahun yang lalu…
pertandingan yang menakjubkan… pertandingan yang akan diingat oleh Bangsa
Indonesia selamanya…”
“SUSI
YES!!! SUSI… HEBAT!... SUSI… I LOVE YOU SUSI!!!” Papa terus berteriak-teriak
kencang. Mama yang melihat kelakuan Papa tersenyum senang. Papa masih
jejingkrakan ke sana kemari, mencium Gusni, mencium Mama, mencium Gita yang
masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari televisi.
“Yeah!
Yeah Yeah! Susi… Susi… Susi…” Gusnii ikut berteriak-teriak meloncat loncat
seperti Papa. Tapi…
“Lho?
Hahaha… lho? Mama mukanya kenapa?” Tiba-tiba Papa tertawa keeas melihat wajah
Mama yang penuh krim kue tart. Mama jug atertawa melihat Papa.
“Lho,
muka Papa juga kenapa? … Hahaha…”
Papa
dan Mama melihat ke cermin, wajah mereka penuh dengan noda kue tart—pindahan
dari pipi Gusni.
“Hahaha…
Kak Gita juga ada tuh.” Gusni menunjuk Gita.
Papa
dan Mama tertawa. Gita yang masih serius langsung berdiri dan melihat ke
cermin. Senyum Gita langsung melebar.
“Huahaha…
kayak Gusni semua!” Gusni girang, meloncat-loncat sambil menunjuk wajah Papa,
Mama, dan Gita.
“Gara-gara
ini nih… si gendut nih…” Papa meraih Gusni dan menggendong ke atas pundaknya.
Mama dan Gita tertawa gembira.
“Susi Susanti, sebuah pertandingan
emas! Emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. IN…DO…NE…SIA! IN…DO…NE…SIA!
Indonesia, walau hanya sebagian kecil yang menonton, nama Indonesia terus
terdengar di Barcelona, sungguh membangggakan! Indonesia!”
“IN…DO…NE…SIA…!!!
IN…DO…NE…SIA…!!!”
Papa
berjoget keliling ruangan sambil menggendong Gusni di pundaknya. Si Gendut
Gusni ikut berjoget-joget dan membentangkan tangannya.
“IN…DO…NE…SIA…!!!
IN…DO…NE…SIA…!!!”
Mama
bergabung dengan pawai kecil itu sambil memegangi pinggang Papa. Gita ikutan
juga, memegangi pinggang Mama. Gusni bahagia sekali di atas gendongan Papa,
sekilas pandangannya melirik ke televisi, melihat Susi Susanti yang berkalung
bendera Merah Putih di pundaknya.
“IN…DO…NE…SIA…!!!
IN…DO…NE…SIA…!!!”
Gusni
mengedarkan pandangan ke sekitarnya, belum pernah ia merasakan sesuatu yang
kuar biasa seperti ini. senyumnya mengembang melihat Susi Susanti di televisi,
melihat Papa, Mama, dan Gita tersenyum bahagia. Gusni tersenyum memejamkan
matanya, perlahan ia membuka mata dan…
Dalam
penglihatannya ruang keluarganya berubah menjadi hamparan padang rumput indah
dengan bunga warna-warni merah putih di sekelilingnya. Tidak ada warna lain,
hanya merah dan putih. Masih dalam gendongan Papa, Gusni melihat Papa, Mama,
dan Gita tersenyum padanya. Di padang rumput luas dan indah itu bunga merah
putih setinggi pinggang tumbuh mengelilingi keluarga Gusni, dengan pawai
kecilnya mereka menari gembira mengelilingi padang rumput dengan bunga merah
putih. Gusni di atas pundak Papa menari sambil memegang dua buah bendera Merah
Putih kecil. Iamerasa seperti Susi yang berkalung bendera Merah Putih di
lehernya. Papa, Mama, dan Gita tersenyum padanya. Dari atas pundak Papa Gusni
memandang padang rumput sekitarnya, ia sangat bahagia. Tapi tiba-tiba…
“Aduuh…
aduh, Ma! Urat Papa ketarik! Urat Papa ketarik, Ma! Ambil Gusni, Ma! Cepetan,
Ma! Berat, Ma!” Papa berteriak panik.
BRUUK! NGIK!
NGEK!
Terlambat.
Papa
terjerembab jatuh di sofa… muka duluan NGEK!.
Gusni yang besar menimpa punggungnya. Gusni kaget, padang rumput berubah jadi
ruang keluarganya lagi. Mama, Gusni, dan Gita tidak bisa menahan tawa. Papa
jatuh dengan wajah mencium sofa. Papa ikut tertawa meski masih memegang
pundaknya yang sakit.
Kebahagiaan
malam itu menaungi rumah kecil yang hangat malam itu, kebahagiaan yang juga
dirasakan seluruh rakyat Indonesia di seluruh pelosok Nusantara.
“Indonesia Raya…
Merdeka… Merdeka…
Tanahku… Negeriku yang kucinta…”
Beberapa
saat kemudian ruang keluarga menjadi hening. Hanya lagu Indonesia Raya yang
terdengar jelas di televisi. Papa menatap penuh haru, dadanya seakan ingin
meledak penuh dengan kebanggaan. Di layar televisi Susi menangis melihat
bendera Merah Putih naik perlahan, Indonesia Raya berkumandang mengangkat Sang
Saka tinggi di Barcelona. Perlahan Papa menaikkan tangannya dan ikut memberi
hormat kepada Sang Saka Merah Putih. Gusni ikutan memberi hormatnya.
Mata
Gita yang tajam seakan mengikuti bendera Merah Putih naik perlahan menuju
puncak. Susi Susanti berdiri di sana sambil memegang medali emasnya menangis
melihat Merah Putih naik menuju tiang tertinggi. Papa dan Mama mengatupkan
bibirnya penuh haru dan tersenyum bahagia, Gusni ikut-ikutan terharu dan
berkaca-kaca. Senyum Gusni mengembang, untuk pertama kalinya merasakan sesuatu
yang ia tidak tahu apa namanya, selain hanya ingin terus tersenyum melihat
kebahagiaan di tengah keluarganya. Hatinya berdesir. Suara tepuk tangan riuh
mengakhiri perjalanan Merah Putih ke puncak tiang tertinggi. Susi Susanti
menangis bahagia. Semuanya bertepuk tangan, suara tepuk tangan pun terdengar
dari rumah tetangga. Malam ini malam yang indah untuk seluruh bangsa, sebuah
mimpi telah selesai dan menjadi kenyataan.
--end--
(ini hanya sebagian isi novel 2 karya Donny Dirghantoro. novel ini bercerita tentang perjuangan dalam bulutangkis. para pecinta olahraga ini wajib baca. novelnya keren deh.)