Minggu, 04 September 2011

MARIA KRISTIN GANTUNG RAKET

Maria Kristin Yulianti (26) masih berjuang mengatasi cidera dan mengembalikan kebugaran tubuhnya.Sejumlah pertanyaan pun kemudian terlontar. Akankah Maria kembali ke kondisi semula? Akankah Maria bisa mengatasi cideranya secara total? Semua masih kabur. Tapi kemudian kami kembali teringat perbincangan pribadi dengan sang empunya medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Maria di lapangan, berbeda jauh dengan di luar lapangan. Maria lebih ceria, banyak bicara, dan menebar optimis meski secara samar. Waktu itu kondisi lututnya sudah menjadi masala. “Kalau ditekuk sakit. Saat ini terus melakukan terapi,” jelas Maria waktu itu. Tak usah dijelaskan, kondisi Maria setelah itu terus memburuk. Penulis sempat bertemu kembali saat Indonesian Super Series 2010 dan saat itu kondisi Maria belum stabil. Nah, ini mungkin bisa jadi jawaban pertanyaan banyak orang. Sampai kapan Maria akan bermain? Pertanyaan itu sempat lho penulis tanyakan pada gadis manis asal Tuban ini. “Maunya si sampai usia 27, kelar Olimpiade 2012,” jawab Maria. Meski tak menyebut tahun, semua tahu Maria sadar cedera memang menggerogoti tubuhnya. Namun dari jawaban itu penulis lega, semangat Maria masih terpancar di matanya. Ditanya soal kemungkinan beralih menjadi pemain ganda, usai karier tunggalnya, Maria menampik. “Enggak lah rasanya saya enggak cocok main ganda,” katanya terkekeh.

Sebagai pemain senior, Maria juga mengamati pekembangan pemain muda. “Sayangnya yang menonjol belum terlalu banyak,” kata Maria tentang generasi di bawak Aprilia Yuswandari dan Lindaweni. Maria juga berbicara soal kariernya. Banyak yang menduga Maria bakal jadi pemain hebat. “Soalnya dulu saya baru mulai main bulutangkis umur 12 tahun, sebelum bulutangkis kegiatan saya cuma main-mainan anak perempuan layaknya,” kenang Maria. Menginjak masa yunior, Maria juga mengaku tidak menjadi perhatian. “Saya malah enggak pernah ikut Kejuaraan Dunia Yunior,” beritahu Maria. Nama Maria mulai jadi sorotan ketika ia keluar sebagai juara seleksi nasional, memperebutkan dua tempat di nomor tunggal putri untuk Piala Sudirman 2003. Saat itu Maria berlatih dibawah asuhan Ivana Lie. “Saya main bagus, tapi saya juga nyaris di degradasi tahun 2006. Untungnya pelatih banyak memberi dukungan,” ingatnya. Dia menyebut pelatih Hendrawan dan Marleve Mainaky sangat berjasa pada kariernya dan merasa cocok dengan gaya keduanya. Baginya, baik Hendrawan maupun Marleve mampu memberi wejangan dan motivasi pada dirinya selama di Pelatnas. Maria juga sempat mengatakan soal suka dukanya sebagai pemain klub Djarum, yang menurutnya memberi perhatian dan kesejahteraan yang cukup untuk dia dan pemain lainnya. “Kami digaji bulanan. Itu enaknya jadi pemain Djarum,” kata Maria yang tidak mau menyebut lebih jauh tentang jumlah penghasilannya. Di luar rutinitasnya sebagai pemain, Maria mengaku melakukan kegiatan layaknya wanita seusia, jalan bersama teman ke mal, atau memperbanyak waktu untuk istirahat. Melihat dukungan penuh dari Djarum Kudus saat ini, semoga Maria bisa menemukan kembali permainan terbaiknya kembali. Setahun memang bukan waktu yang lama, namun cukup untuk pemain bermental baja seperti Maria Kristin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar